Ada yang bisa kami bantu?
AVIAN INFLUENZA
1) Penyebab/etiologi
Menurut OIE (2018) Influenza pada burung disebabkan oleh infeksi virus dari famili Orthomyxoviridae yang ditempatkan dalam genus influenza virus A. Virus influenza A adalah satu-satunya orthomyxovirus yang diketahui secara alami menyerang burung. Banyak spesies burung telah terbukti rentan terhadap infeksi virus influenza A; burung air membentuk mayor reservoir virus ini, dan sebagian besar isolat memiliki patogenisitas rendah (rendah virulensi) untuk ayam dan kalkun. Virus influenza A memiliki nukleokapsid dan matriks yang terkait secara antigen protein, tetapi diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan antigen hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).(Komite Ahli Organisasi Kesehatan Dunia, 1980). Saat ini, 16 subtipe H (H1–H16) dan 9 subtipe N (N1–N9) dikenali dengan usulan subtipe baru (H17, H18) untuk virus influenza A dari kelelawar di Guatemala (Swayne et al., 2013; Tong et al., 2012; 2013). Sampai saat ini, virus influenza A yang sangat patogen secara alami yang menghasilkan penyakit klinis akut pada ayam, kalkun dan burung lain yang penting secara ekonomi telah hanya terkait dengan subtipe H5 dan H7. Sebagian besar virus subtipe H5 dan H7 yang dIsolasi dari burung memiliki memiliki patogenisitas rendah untuk unggas. Karena ada risiko virus H5 atau H7 dengan patogenisitas rendah (H5/H7 rendah patogenisitas avian influenza [LPAI]) menjadi sangat patogen melalui mutasi, semua virus LPAI H5/H7 dari unggas harus diberitahukan kepada OIE. Selain itu, semua virus patogenisitas tinggi dari unggas dan unggas lainnya, termasuk liar, burung, dapat diberitahukan kepada OIE. Penyebab avian influenza (AI) merupakan virus ss-RNA yang tergolong family Orthomyxoviridae, dengan diameter 80-120 nm dan panjang 200-300 nm. Virus ini memiliki amplop dengan lipid bilayer dan dikelilingi sekitar 500 tonjolan glikoprotein yang mempunyai aktivitas hemaglutinasi (HA) dan enzim neuraminidase (NA). Virus influenza dibedakan atas 3 tipe antigenik berbeda, yakni tipe A, B dan C. Tipe A ditemukan pada unggas, manusia, babi, kuda dan mamalia lain, seperti cerpelai, anjing laut dan paus. Tipe B da C hanya ditemukan pada manusia (Ditjennakeswan, 2014).
2) Gejala Klinis
Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara lain adalah, jengger, pial, kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru keunguan. Adanya perdarahan pada kaki berupa bintik- bintik merah (ptekhie) atau biasa disebut kerokan kaki. Keluarnya cairan darimata dan hidung, pembengkakan pada muka dan kepala, diare, batuk, bersindan ngorok. Nafsu makan menurun, penurunan produksi telur, kerabang telur lembek. Adanya gangguan syaraf, tortikolis, lumpuh dan gemetaran. Kematian terjadi dengan cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat dengan jelas.
Gejala AI pada ayam
3) Diagnosa
Diagnosa lapangan dengan melihat gejala klinis dan patologi anatomi. Secara laboratorium diagnosa dapat ditegakkan secara virologis dengan cara inokulasi suspensi spesimen (suspensi swab hidung dan trakea, swab kloaka dan feses atau organ berupa trakea, paru, limpa, pankreas dan otak) pada telur berembrio umur 9 – 11 hari (3 telur per spesimen). Identifikasi dapat dilakukan secara serologis, antara lain dengan uji Agar Gel Immunodifusion (AGID), uji Haemagglutination Inhibition (HI). Penentuan patogenisitas virus dilakukan dengan cara menyuntikkan isolat virus dari cairan alantois secara intravena (IV) pada 10 ekor anak ayam umur 6 minggu atau 4 – 8 minggu. Jikamati 6 ekor atau lebih dalam 10 hari, atau Intravena patogenicity index (IVPI) > 1,2 dianggap HPAI. Secara molekuler keberadaan virus AI dapat dideteksi dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), real time RT-PCR atau sekuensing genetik. Avian Influenza sering dikelirukan dengan Newcastle Disease (ND), Infectious Laryngotrachaetis (ILT), Infectious Bronchitis (IB), Fowl cholera dan infeksi Escherichia coli.
4) Pengendalian
Pelaksanaan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit dilakukan berdasarkan Kepdirjennak No: 17/Kpts/PD.640/F/02.04 tanggal 4 Februari 2004 tentang Pedoman Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Influenza pada Unggas (Avian Influenza) (Kepdirjennak No: 46/Kpts/PD.640/F/04.04 Kepdirjennak No: 46/PD.640/F/08.05), terdapat 9 Strategi pengendalian Avian Influenza, yaitu:
• Biosekuriti;
• Pemusnahan selektif unggas (depopulasi) di daerah tertular;
• Vaksinasi;
• Pengendalian lalu lintas;
• Surveilans dan Penelusuran;
• Peningkatan kesadaran masyarakat (Public Awareness);
• Pengisian kembali (restoking) unggas;
• Pemusnahan unggas secara menyeluruh (stamping out) pada unggas di daerah tertular baru;
• Monitoring, pelaporan dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Kesehatan Hewan, Manual Penyakit Unggas, 2014, Avian Influenza (AI),Halaman 6-15;
Kementerian Pertanian (Kementan). 2014. Manual Penyakit Unggas. Subdit Pengamanan Penyakit Hewan Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian