Ada yang bisa kami bantu?
1) Deplesi oksigen
a) Karakteristik
Kekurangan oksigen terlarut umumnya terjadi di kolam maupun di perairan umum (karamba jaring apung) menjelang pagi hari akibat populasi fitoplankton yang tinggi, atau pada saat tekanan atmosfir rendah, dan kurang cahaya matahari dalam waktu yang cukup lama
b) Pengendalian
Pengendalian terhadap turunnya oksigen dapat dilakukan dengan cara penggantian air baru, meningkatkan difusi oksigen dari udara ke air melalui pergerakan air seperti penggunaan kincir air, aerasi, dll, menyuntikkan oksigen murni ke dalam air, menerapkan padat penebaran yang disesuaikan dengan daya dukung air dalam memasok oksigen.
2) Keracunan nitrit (NO2)
a) Karakteristik
Keracunan nitrit atau methemoglobinemia atau penyakit darah coklat adalah penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air. Sumber nitrit terutama berasal dari hasil metabolisme protein pakan. Pada saat amonia yang berasal dari pakan dilepas ke air akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas spp. menjadi nitrit. Selanjutnya, bakteri Nitrobacter spp akan mengoksidasi menjadi nitrat. Jika pemberian pakan ikan terlalu intensif maka Nitrobacter spp. tidak mampu mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, maka konsentrasi nitrit akan meningkat dan menjadi masalah bagi ikan. Nitrit bersifat toksik bagi ikan pada konsentrasi ≥ 0,5 ppm. Methemoglobinemia terjadi karena masuknya nitrit ke insang menyebabkan hemoglobin teroksidasi menjadi methemoglobin. Sehingga sel darah merah tidak memiliki kemampuan untuk membawa oksigen. Gejala methemoglobinemia diantaranya ikan sulit bernafas, lemas, meloncat ke permukaan air atau berkumpul di saluran pemasukan air, dan insang berwarna merah kecoklatan. Kadar Nitrit di perairan relatif kecil karena segera Dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami Mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/l, dan Sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/l. Kadar NO > 0,05 mg/l bersifat toksik bagi ikan, karena menyebabkan terganggunya proses Pengikatan oksigen oleh darah.
b) Pengendalian
Keracunan nitrit dapat dikendalikan dengan cara meningkatkan kelarutan oksigen dalam air, melakukan penggantian air baru untuk menurunkan konsentrasi nitrit dalam air, pemberian unsur klorida (biasanya garam) ke dalam air untuk meningkatkan rasio Cl:NO2 (minimal 5:1) dan mengurangi jumlah pakan terbuang, penggunaan probiotik pereduksi N (Nitrosomonas, Nitrobacter).
3) Keracunan ammonia
a) Karakteristik
Amonia terlarut dalam air terdapat dalam dua bentuk, yaitu tidak terionisasi (sangat beracun, NH3) dan terionisasi (kurang beracun, NH4+). Daya racun amonia sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu air. Semakin tinggi pH atau suhu air, maka makin tinggi pula daya racun amonia. Gejala ikan keracunan amonia antara lain terlihat lemas, meloncat ke permukaan air atau berkumpul di saluran pemasukan air. Ikan tidak dapat bertoleransi dengan kadar ammonia yang tinggi,karenadapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya akan mengakibatkan Sufokasi.
b) Pengendalian
Terhadap keracunan ammonia, dapat dilakukan tindakan meningkatkan kelarutan oksigen dalam air, mengurangi jumlah pakan terbuang, melakukan penggantian air baru untuk menurunkan konsentrasi amonia dalam air, penggunaan probiotik pereduksi N (Nitrosomonas, Nitrobacter)
4) Emboli gas
a) Karakteristik
Emboli gas adalah kondisi gas lewat jenuh (nitrogen, oksigen dan karbondioksida) dalam tubuh ikan dan menyebabkan adanya gelembung udara di dalam darah dan jaringan tubuh. Emboli di bawah kulit merusak kekompakan kulit dan mengganggu keseimbangan osmotik. Emboli pada pembuluh darah akan membendung aliran darah, terutama pada insang ikan. Emboli menyebabkan ikan sulit bernafas, dan mata menonjol (pop eye). Pada kasus yang parah, tubuh ikan penuh dengan gelembung udara dan ikan mengambang di permukaan. Konsentrasi gas lewat jenuh dapat terjadi jika terdapat kenaikan suhu air yang berlangsung cepat, karena kemampuan air untuk mengikat gas akan menurun dengan meningkatnya suhu, peledakan populasi alga (blooming) dan aktivitas fotosintesa oleh tanaman berklorofil, dan air yang berasal dari sumur dalam, ketika air dipompa ke atas, tekanan pada permukaan air tersebut akan berkurang.
b) Pengendalian
Tindakan pengendalian dilakukan yakni dengan menghindari hal-hal yang memicu terjadinya kelarutan gas lewat jenuh dalam air, dengan cara memperhatikan faktor-faktor yang memicu terjadinya kondisi tersebut, aerasi kuat untuk mengurangi akumulasi gas Nitrogen dalam air serta memindahkan ikan sakit ke air yang normal.
5) Suhu ekstrim
a) Karakteristik
Ikan tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu air yang ekstrim (fluktuasi suhu yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat) karena akan merusak keseimbangan hormonal dan fisiologis tubuh yang berakibat stress bahkan kematian mendadak. Kondisi ini sangat sensitif, terutama bagi larva dan benih ikan.
b) Pengendalian
Menjaga kestabilan suhu pada kisaran optimum bagi jenis ikan yang dibudidayakan, baik secara fisik maupun mekanis.
6) Malnutrisi
a) Karakteristik
Kekurangan nutrisi dapat terjadi karena masing-masing jenis ikan mempunyai kebutuhan dasar nutrisi yang berbeda (dietary requirement). Berdasarkan kebiasaan makan ikan dikelompokkan ke dalam 3 kelompok; yaitu: (1) pemakan hijauan (herbivora), (2). pemakan daging (karnivora), dan (3). pemakan keduanya (omnivora). Penyakit malnutrisi umumnya jarang menunjukkan gejala yang spesifik. Defisiensi unsur tertentu dalam diet pakan akan berakibat kelainan morfologis dan fungsi fisiologis.
Vitamin memiliki sifat yang labil dan mudah rusak serta tidak dapat disintesa oleh tubuh, sehingga ikan rentan terhadap defisiensi vitamin. Jenis defisiensi vitamin adalah sebagai berikut :
Defisiensi asam pantotenik menunjukkan gejala klinis insang menjadi lunak dan kesulitan bernafas yang diikuti dengan kematian.
Defisiensi vitamin A menunjukkan gejala klinis pertumbuhan lamban, kornea mata lunak, mata menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit dan ginjal.
Defisiensi vitamin B-komplek (thiamin, biotin, niacin, dan pyridoxine) menunjukkan gejala klinis hilangnya nafsu makan, pendarahan dan penyumbatan pembuluh darah.
Vitamin C merupakan vitamin yang sangat labil, mudah rusak apabila terkena panas dan mudah larut dalam air, umumnya terjadi pada saat proses pembuatan dan penyimpanan pakan yang kurang baik atau terlalu lama. Vitamin C pada ikan bermanfaat untuk proses osifikasi atau konversi tulang rawan menjadi tulang sejati, sebagai ko-enzim reaksi biokimia dalam tubuh, meningkatkan ketahanan tubuh (imunitas) terhadap penyakit infeksius, mencegah stres akibat perubahan lingkungan dan mempercepat proses penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C menyebabkan lordosis dan skoliosis (broken back syndrome). Gejala klinis lordosis adalah tubuh melengkung ke atas atau ke bawah. Sedangkan gejala klinis skoliosis tubuh ikan membengkok ke samping.
Defisiensi asam lemak esensial menunjukkan gejala klinis erosi sirip, penumpukan lemak dalam kulit serta mengurangi pigmentasi pada tubuh ikan.
Pakan alami yang tidak higienis dapat terkontaminasi oleh bakteri, parasit, jamur atau virus yang mengakibatkan penyakit pada ikan. Pakan dapat mengandung toksin akibat penyimpanan yang tidak tepat. Salah satu jenis toksin yang sering ditemukan pada pakan ikan adalah aflatoxin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus flavus yang tumbuh pada pakan ikan.
b) Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang sesuai (kualitas dan kuantitas) dengan jenis, sifat, umur, serta aktivitas ikan yang dibudidayakan. Penyimpanan pakan (buatan atau alami) harus mengikuti persyaratan dari pabrikan/pemasok. Disamping itu penambahkan vitamin dan/atau mineral dapat dilakukan untuk melengkapi nutrisi yang kurang.
7) Penyakit kuning
a) Karakteristik
Penyakit kuning atau jaundice umumnya terjadi pada ikan lele dan patin ukuran diatas 100 gram/ekor. Gejala klinis penyakit ini adalah penurunan nafsu makan, insang mulai membusuk dan geripis, kulit dan organ lainnya berwarna kuning akibat ekses pigmen empedu (bilirubin) hasil metabolisme haemoglobin dalam darah. Kematian ikan mencapai 90% dari total populasi. Penyakit ini disebabkan oleh pemberian pakan yang kurang baik dan tidak higienis yang berasal dari limbah peternakan ayam dan/atau ikan rucah yang mengalami degradasi lemak (tengik/rancid). Apabila dilakukan pemanenan mendadak, ikan akan mudah stress dan mengalami kematian selama proses transportasi.
b) Pengendalian
Pengendalian penyakit kuning dilakukan dengan pemberian pakan yang sesuai (kualitas dan kuantitas) dengan jenis, sifat, umur, serta aktivitas ikan yang dibudidayakan, penambahan vitamin dan/atau mineral untuk melengkapi nutrisi yang kurang, menghindari pemberian pakan yang berasal dari limbah peternakan ayam dan/atau ikan rucah yang telah mengalami degradasi lemak dan penggantian air yang lebih sering
8) Genetik
a) Karakteristik
Penyakit akibat faktor genetik relatif jarang dilaporkan, meskipun secara aktual merupakan penyebab yang kompleks pada usaha budidaya ikan. Pemicu penyakit genetis adalah adanya faktor genetik terutama karena perkawinan satu keturunan (inbreeding). Perkawinan sekerabat (in breeding) yang berlangsung terus menerus akan berdampak penurunan variasi genetik pada ikan, dan dampak yang terlihat antara lain
Pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam
Lebih sensitif terhadap infeksi patogen
Organ tubuh badan yang tidak sempurna serta kelainan lainnya
b) Pengendalian
Menghindari perkawinan sekerabat (in breeding).