Ada yang bisa kami bantu?
Penyakit TiLV pertama kali dilaporkan menyerang ikan jenis Tilapia yang ada di danau Kinneret (sea of Galilee) dan ikan budidaya di Israel pada tahun 2009. Beberapa tahun kemudian dilaporakan ikan Tilapia di Ekuador juga mengalami kematian massal dan diketahui bahwa ikan – ikan tersebut juga telah terjangkit penyakit TiLV. Di Indonesia pada tahun 2016 di Pulau Lombok terjadi kematian massal yang mengakibatkan penurunan produksi ikan Nila hasil budidaya pembudidaya ikan, yang mana setelah dilakukan uji laboratorium terindikasi virus TiLV. Penyakit ini disebabkan oleh serangan Orthomyxo-like virus. Di Israel virus ini diketahui menyebabkan kerusakan otak dan sistem syaraf sedangkan di Ekuador menyebabkan kerusakan hati ikan
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan tawar yang saat ini banyak dikembangkan pada usaha budidaya secara intensif. Ikan ini mudah pemeliharaannya, laju perkembangbiakan dan pertumbuhan cepat, mudah beradaptasi terhadap kualitas air dan pH pada lingkungan air tawar dan payau. Penyakit ini termasuk penyakit baru, belum banyak data mengenai pengobatan maupun pengendaliannya, ikan yang bertahan dari mortalitas penyakit ini menjadi kebal terhadap infeksi TiLV. Virus ini sangat ganas, ikan yang terserang penyakit ini hanya mampu bertahan 4 – 7 hari setelah terinfeksi. Kematian terbesar biasanya ditemukan 1 (satu) bulan setelah dipindahkan dari hactchery ke kolam pembesaran atau karamba. Air bisa merupakan media untuk menyebaran Virus TiLV. Kematian tertinggi (20-90%) terjadi pada ikan Nila dengan berat 1-50 gr. (Tsofack et al., 2016; Surachetpong et al., 2017). Faktor pemicu virus TiLV adalah suhu air dan kepadatan yang tinggi menyebabkan wabah terjadi diatas 25°C , tidak menyebabkan kematian dibawah 20°C, puncak kematian massal terjadi pada suhu 30°C. Kematian ikan akan terjadi lebih sering dan lebih besar pada perairan yang tertutup dibandingkan dengan perairan umum.
Adapun ciri-ciri ikan Nila yang terserang TiLV, yakni tubuh ikan seluruh atau sebagian besar terlihat berwarna hitam, bola mata membengkak, kornea mata menyusut dan cekung ke dalam dan berkabut/katarak, kulit mengalami erosi, dan jika dilihat pada bagian anatomi, rongga perut terlihat membengkak, sumber. Eyngor et al, 2014. Ciri lain ikan Nila yang terserang TiLV adalah latergi (keadaan lemah tidak ada dorongan untuk bergerak), anemia, nafsu makan menurun, berenang dipermukaan (Kibengeedan Godoy, 2016, ; Bacharach et al., 2016).
Konfirmasi status penyakit TiLV pada populasi ikan uji, apakah negatif atau positif terinfeksi dilakukan melalui deteksi gen TiLV sebelum dan setelah proses aklimatisasi dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR).
Pencegahan dilakukan dengan pemberian unsur imunostimulan dan desinfeksi sebelum/selama proses produksi. Biosekuriti diterapkan dengan menggunakan ikan bebas TiLV dan tindakan karantina. Manajemen budidaya diterapkan dengan mengurangi padat tebar dan menghindari stress.