Ada yang bisa kami bantu?
Cyprinid herpesvirus-3 atau CyHV-3, virus DNA penyebab utama kematian masal pada ikan mas dan koi. KHV merupakan penyakit viral pada ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) yang sangat menular, menginfeksi semua umur/ukuran ikan dan sistem budi daya; mengakibatkan mortalitas antara 80-100% dari total populasi ikan, dengan masa inkubasi antara 1-7 hari (Hedrick et al. 2000; Sunarto et al. 2005; Pokorova, 2005). KHV biasanya menyerang ikan mas konsumsi maupun ikan koi (Cyprinus carpio) sehingga ikan tersebut dikenal sebagai target inang spesifik KHV atau specific host target. Ikan lain aman dari serangan virus ini, bahkan spesies golongan cyprinid lainnya seperti common goldfish (Carassius auratus) dan Grass Carp (Ctenopharyngodon idella) menunjukkan tidak terserang KHV.
Infeksi KHV dipicu oleh penurunan suhu lingkungan sehingga disebut sebagai virus yang menyerang saat dingin (a cold virus). Individu yang bertahan hidup (survivors) pada saat terjadi wabah umumnya akan menjadi tahan (resistant) terhadap infeksi berikutnya. Namun ketahanan tersebut tidak menunjukkan adanya transfer kepada keturunannnya (maternal immunity). Secara klinis dan/atau visual, infeksi KHV sering ditunjukkan dengan adanya nekrosa pada organ insang, ekses mukus, lepuh pada kulit, serta pergerakan renang yang tidak terarah (nervous movement), (Taukhid et al., 2005; Gardenia et al.,2005). Penyebaran KHV secara horisontal yaitu menyebar melalui kontak langsung antara ikan sakit dengan ikan yang belum terinfeksi, bisa melalui air di kolam, atau peralatan, saluran irigasi, tanah dan lumpur tempat ikan dipelihara sangat berpotensi menyebarkan KHV. Serangan virus ini dapat terjadi pada berbagai umur ikan. Namun berdasarkan hasil uji kohabitasi, menunjukkan bahwa ikan ukuran benih lebih rentan dibandingkan dengan ukuran induk.
KHV adalah virus yang dapat menyebabkan kerusakan insang yang diawali dengan memucatnya warna insang pada lembaran-lembaran insang. Insang tampak seperti berlumpur dan ada yang sampai membusuk, kadang-kadang diikuti geripis di pinggir insang. Biasanya kondisi ini diikuti dengan infeksi sekunder bakterial seperti kulit melepuh maupun luka borok di permukaan tubuh, kadang-kadang disertai pendarahan pada sirip/badan. Setelah dilakukan pembedahan maka tampak pada organ dalam seperti hati, limpa dan ginjal mengalami perubahan warna atau rusak. Gejala klinis lain yaitu nafsu makan berkurang selain gerakan ikan yang menjadi lambat dan sering muncul di permukaan air dalam keadaan megap-megap.
Konfirmasi status penyakit KHV pada populasi ikan uji, apakah negatif atau positif terinfeksi KHV, dilakukan melalui deteksi gen KHV sebelum dan setelah proses aklimatisasi dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR).
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi anti-KHV dan/atau pemberian unsur imunostimulan dan desinfeksi sebelum/selama proses produksi. Biosekuriti diterapkan dengan menggunakan ikan bebas KHV dan tindakan karantina. Manajemen budidaya diterapkan dengan mengurangi padat tebar dan menghindari stress.