Ada yang bisa kami bantu?
SERANGAN PENYAKIT KARAT TUMOR (Uromycladium tepperianum) PADA TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) DI KABUPATEN KERINCI
Penulis: Ani Ardiana Susanti, SP., MP Harianto Widodo, SP., M.Si
Latar Belakang
Kabupaten Kerinci merupakan daerah dengan topografi perbukitan terletak pada ketinggian 500-1500 mdpl (BPS Jambi, 2019). Pada topografi seperti ini tanaman hutan seperti sengon memiliki peran yang sangat penting. tanaman sengon dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan atau hutan, sebagian juga banyak digunakan sebagai pohon untuk peneduh tanaman kopi, kakao, teh dan tanaman sayuran lainnya. Sengon tidak membutuhkan persyaratan tumbuh khusus (Corryanti, et all., 2015). Sengon mampu tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik tanah bergaram, lembab maupun kering (Widyastuti, et all., 2013). Sifatnya yang cepat tumbuh, mudah beradaptasi dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai bahan baku pallet menjadikan tanaman ini banyak ditanam di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Namun saat ini, tanaman sengon memiliki masalah yaitu adanya serangan penyakit karat tumor yang disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum.
Penyakit karat tumor pertama kali ditemukan pada tahun 1996 menyerang tanaman sengon di pulau Seram Maluku. (Anggraeni, et all., 2011). Penyakit ini menyerang tanaman sengon pada berbagai stadia tanaman. Baik pada biji, pembibitan, tanaman muda maupun tanaman dewasa. Cendawan ini menghasilkan spora aktif berupa teliospora yang sangat mudah diterbangkan oleh angin maupun serangga. Spora cendawan yang terbawa oleh angin sangat mudah mudah berkecambah dan menginfeksi tanaman baru apabila didukung dengan kondisi lingkungan yang lembab. Serangan dari penyakit ini dapat menyebabkan petumbuhan tanaman terhambat dan pada keadaan yang parah dapat menyebabkan kematian tanaman (Rahayu et al., 2010). Terbatasnya penyebaran penyakit ini, Pemerintah Indonesia melalui kementerian pertanian menetapkan status penyakit ini sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina atau OPTK. OPTK merupakan organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan, menimbulkan kerugian sosioekonomi serta belum terdapat di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau sudah terdapat di sebagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketetapan ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 31 tahun 2018 dengan daerah sebar di Indonesia terbatas hanya di Maluku,Jawa (Timur, Barat,Tengah),Sulawesi,Sumatera (Bengkulu),Bali, dan NusaTenggara Barat(Lombok Tengah danLombok Timur). Sebelum tahun 2020, penyakit ini belum pernah dilaporkan di Provinsi Jambi baik oleh Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi maupun dari instansi lainnya. Namun awal tahun 2020, penyakit ini ditemukan dan menyebar dengan cepat pada beberapa wilayah di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi awal mengenai penyebaran penyakit karat tumor yang disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianumdi Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi.
BAHAN DAN METODE PENGAMATAN
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan adalah mikroskop stereo olympus Szx 20, mikroskop compound multimedia olympus BX 51 dengan kamera olympus DP 20, cawan petri, scapel, jarum suntik, gelas objek, gelas penutup, pinset, plastik sampel dan nampan.
Bahan yang digunakan adalah sarung tangan, aquades, tissue towel, alkohol, tissu, kertas saring, aquades steril, laktovenol dan plastik.
Penentuan Lokasi dan metode pengamatan
Pengamatan penyakit karat daun dilakukan di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi pada bulan Februari s/d Mei 2020. Pemilihan lokasi/ wilayah pengamatan menggunakan metode Purposive sampling, pemilihan lokasi berdasarkan kesengajaan dengan pertimbangan target pengamatan, luas tanaman dan kemudahan akses lokasi.Pengamatan di setiap wilayah dilaksanakan dengan cara menelusuri pertanaman sengon di wilayah tersebut, tujuan penelusuran ini untuk menemukan adanya indikasi dari gejala penyakit karat tumor pada tanaman sengon. Daun, batang atau bagian tanaman yang menunjukkan gejala diduga disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum akan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 s/d 10 bagian yang terinfeksi. Kemudian dikemas dengan menggunakan towel dan diletakan pada wadah tertutup untuk selanjutnya dilakukan identifikasi atau uji lanjutan di laboratorium BKP Kelas I Jambi.
Tanaman yang bergejala di lapangandiphoto. Teliospora diidentifikasi secara morfologi menggunakan mikroskop compound multimedia olympus BX 51 dengan kamera olympus DP 20. Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara mengamati bentuk teliospora cendawan. Pengamatan dilakukan dengan cara menggorek bagian permukaan tubuh buah kemudian disuspensi dengan aquades steril dan ditetesi tween. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil satu tetes diletakkan diatas gelas objek dan diamati dibawah mikroskop.
Hasil dan Pembahasan
Pengamatan gejala penyakit karat daun di Kabupaten Kerinci dilakukan di empat kecamatan yaitu kecamatan Siulak, Air Hangat, Gunung Raya dan Bukit Kerman. Dari hasil pengamatan ditemukan gejala infeksi cendawan Uromycladium tepperianumdiDesa Sungai Pegeh (-1.91166; 101,30783), Air Terjun (-2,01682;101,41529) dan Koto Tengah (-1,96325;101,31751) Kecamatan siulak dan Desa Sawahan Jaya (-2,00592; 101,38442 ) Kecamatan Air Hangat,sedangkan di Kecamatan Gunung Raya dan dan Bukit Kerman tidak ditemukan. Tetapi gejala penyakit ini juga ditemukan di Kota Sungai Penuh (-2.05567,101.40085) yang merupakan kotamadya yang di kelilingi oleh Kabupaten Kerinci. Sampel dikumpulkan berdasarkan gejala penyakit tumor karat pada tanaman sengon. Sampel diambil dengan cara memotong batang, ranting dan daun sengon yang menunjukan gejala penyakit karat tumor. Namun demikian
Berdasarkan pengamatan dua kecamatan yang ditemukan,gejala pada tanaman sengon di lapangan menunjukan gejala penyakit karat tumor. Gejala banyak ditemukan pada daun muda tajuk tanaman, ranting dan cabang tanaman sengon (Gambar 1).Tanaman sengon yang terinfeksi menunjukkan berbagai gejala tumor, ada yang berbentuk memanjang tidak beraturan , ada yang berbentuk melingkar (Gambar 2). Pada bagian permukaan tumor terlihat halus dipenuhi dengan kumpulan spora berwarna coklat kemerahan. Daun muda dan tangkai yang terserang akan menggulung dan berubah bentuk. Tangkai akan menekuk kesalah satu bagian dikarenakan adanya penebalan dan pembengkakan. Daun yang terserang mengeriting dengan tangkai daun terdapat banyak tumor.pada serangan yang parah daun menjadi gugur, batang dan cabang tanaman akhirnya mongering dan mati.
Gambar 1. Tanaman yang terserang cendawan U. tepperianum di Desa Sawahan Jaya Kecamatan Air Hangat
Uromycladium tepperianum memiliki piknium kecil, kehitaman warna coklat, bundar dengan diameter 150 μm,spermatia bentuk hialin, dan ellipsoid. Spora yaitu teliospora yang mempunyai struktur yang berjalur, bergerigi, setiap satu tangkai terdiri dari 3 teliospora dan spora mempunyai ukuran berkisar antara lebar 14-20 µm dan panjang 17-28 µm (Gambar 3). Tumor pada batang dan cabang, mempunyai panjang hingga 15 cm dan lebar 3-5 cm, memanjang dan rapat. Spermogonia subepidermal, terkait dengan telia, tersebar, berwarna coklat kemerahan, globose,Lebar 220–240 μm dan tinggi 80–110 μm. Spermatia hyaline,ellipsoid, 3–3,5 × 2–2,5 μm. Teliospora dalam tiga kelompok yaitu vesikel, depresiglobose atau subglobose, pada mulanya hyaline, kemudian berwarna coklat,dengan 28-44 striae dan 22-26 striae konvergen di puncak, margin crenulate dalam pandangan ekuatorial, 14-16 (–17) ×(18–19) 19–23 (–25) μm, pori apikal 4–5 μm diam; dinding1,5–2,5 (–3) μm, menebal di puncak (2,5–) 3–4 μm; pedicel bercabang, dengan sumbu panjang (23–) 29–55 (–70) × 4–5 μm dan dua cabang lateral yang lebih pendek, dinding pedisel setebal 0,5-1 μm di samping,septum di atas cabang basal, hialin. Uromycladium tepperianum memiliki tumor memanjang di sepanjang batang dan cabang daripada galls yang menggumpal atau dengan lobus berkembang biak (Doungsa, et al., 2018).
Gambar 2 . Variasi gejala yang ditemukan di Lapangan di Desa Sungai Pengeh Kecamatan Siulak
Uromycladium tepperianum memiliki piknium kecil, kehitaman warna coklat, bundar dengan diameter 150 μm,spermatia bentuk hialin, dan ellipsoid. Spora yaitu teliospora yang mempunyai struktur yang berjalur, bergerigi, setiap satu tangkai terdiri dari 3 teliospora dan spora mempunyai ukuran berkisar antara lebar 14-20 µm dan panjang 17-28 µm (Gambar 3). Tumor pada batang dan cabang, mempunyai panjang hingga 15 cm dan lebar 3-5 cm, memanjang dan rapat. Spermogonia subepidermal, terkait dengan telia, tersebar, berwarna coklat kemerahan, globose,Lebar 220–240 μm dan tinggi 80–110 μm. Spermatia hyaline,ellipsoid, 3–3,5 × 2–2,5 μm. Teliospora dalam tiga kelompok yaitu vesikel, depresiglobose atau subglobose, pada mulanya hyaline, kemudian berwarna coklat,dengan 28-44 striae dan 22-26 striae konvergen di puncak, margin crenulate dalam pandangan ekuatorial, 14-16 (–17) ×(18–19) 19–23 (–25) μm, pori apikal 4–5 μm diam; dinding1,5–2,5 (–3) μm, menebal di puncak (2,5–) 3–4 μm; pedicel bercabang, dengan sumbu panjang (23–) 29–55 (–70) × 4–5 μm dan dua cabang lateral yang lebih pendek, dinding pedisel setebal 0,5-1 μm di samping,septum di atas cabang basal, hialin. Uromycladium tepperianum memiliki tumor memanjang di sepanjang batang dan cabang daripada galls yang menggumpal atau dengan lobus berkembang biak (Doungsa, et al., 2018).
Gambar 3. Teliospora U.tepperianum
Gejala serangan penyakit karat tumor di tegakan sengon yang ditemukan di Kabupaten Kerinci diidentifikasi disebabkan oleh U.tepperianum. Cendawan ini merupakan parasit obligat sehingga apabila tanaman mati cendawan ini akan ikut mati. Kegiatan Pemantauan daerah sebar OPT/OPTK yang dilakukan BKP Kelas I Jambi pada tahun 2019, serangan penyakit karat tumor di Kabupaten Kerinci belum ditemukan. Baru diawal tahun 2020 terlihat gejala penyakit ini. Kabupaten Kerinci berbatasan dengan propinsi Bengkulu. Sebelumya penyakit karat tumor ini pernah di temukan di propinsi Bengkulu pada tanaman sengon, dan akasia. Ada kemungkinan penyakit ini meyebar dari Propinsi Bengkulu baik melalui alat angkut, udara maupun tanaman sengon yang dibawa dari propinsi Bengkulu ke Kabupaten Kerinci. Teliospora yang berada dipermukaan tumor sangat mudah sekali terbang terbawa angin, serangga, burung dan juga manusia (Widyastuti, 2013).
Di propinsi Jambi penyakit karat tumor ini baru ditemukan di Kabupaten Kerinci. Kabupaten kerinci mempunyai suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan propinsi lain di propinsi Jambi. Suhu udara di Kabupaten Kerinci berkisar antara 12 sampai dengan 13 0 Celsius. Beberapa yang mempengaruhi perkembangan penyakit karat tumor ini antara lain ketinggian tempat dan topografi. Tanaman sengon yang tumbuh ditempat yang lebih tinggi seperti lereng bukit atau gunung mempunyai peluang yang lebih besar untuk terserang penyakit karat puru (Rahayu, et all. 2010). Pada dataran tinggi faktor kabut dapat memacu perkembangan penyakit karat puru. Kabut ini akan meyediakan air dipermukaan tanamanyang akan memicu perkecambahan teliospora U.
tepperianum. Kelembaban relatif yang tinggi memungkinkan terjadinya penetrasi dan infeksi lebih lanjut. Kelembaban relatif≥ 90%, kecepatan angin rendah (sekitar 30 hingga 50 km / jam / hari), kabut, lereng curam, dan dikelilingi oleh vegetasi yang tinggi serta lebat adalah faktor dominan yang menyebabkan penyakit karat tumor menyebar di Kabupaten Kerinci.
Kesimpulan dan saran
Hasil pengamatan di Kabupaten Kerinci ditemukan infeksi cendawan Uromycladium tepperianum pada tanaman sengon di Kecamatan Siulak dan Air Hangat serta ditemukan juga di Kota Sungai Penuh. Perlu dilakukan penelitian khusus mengenai tingkat serangan penyakit ini pada tanaman sengon tersebut.
Daftar Pustaka
Anggraeni, I., dan N.E. Lelana. 2011. Penyakit karat tumor pada sengon. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Jakarta
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci. 2019.www.Kerinci bps.go.id. Diakses pada 6 Maret 2020
Corryanti dan D. Novitasari. 2015. Puslitbang Perum Perhutani. Cepu Jawa Tengah
Doungsa, C., A.R.M.C. Taggart, A.D.W. Geering, R.G. Shivas. 2018. Diversity of gall forming rust (Uromycladium, Pucciniales) on Acacia in Australia. Naturalis Biodiversity Center and Westerdijk Fungal Biodiversity Institute.
Permentan., No. 31 tahun 2018. Perubahan kedua atas peraturan menteri pertanian nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011. Tentang jenis organism pengganggu tumbuhan karantina.
Rahayu, S., Su See Lee and N.A. AB. Shukor. 2010. Uromycladium tepperianum, the gall rust fungus from Falcataria moluccana in Malaysia and Indonesia. Mycoscience. 51 : 149-153
Widyastuti, S.M., Harjono dan Z.A. Surya. 2013. Initial infection of Falcataria moluccana leaves and Acacia mangium phyllodes by Uromycladium tepperianum fungi in a laboratory trial. JMHT. Vol XIX