Ada yang bisa kami bantu?
Virus Jembrana (nama ilmiah: Jembrana disease virus) adalah spesies virus yang menyebabkan penyakit Jembrana pada sapi. Materi genetik virus ini berupa RNA utas tunggal. Virus Jembrana digolongkan dalam genus Lentivirus dan keluarga Retroviridae. Berbeda dengan Lentivirus lainnya yang memiliki masa inkubasi yang panjang dan membutuhkan waktu lama untuk menimbulkan tanda klinis, virus Jembrana cenderung menyebabkan infeksi akut dengan masa inkubasi yang pendek. (Shuljak, 2006; Dirkeswan, 2015).
JDV memerlukan waktu sekitar 7 hari pasca infeksi untuk menimbulkan sakit dengan tanda klinis terutama demam, pembesaran kelenjar limpa permukaan, napsu makan turun, kadang-kadang ada keringat darah dan mucus yang berlebih pada mulut dan hidung. Kematian ternak akibat JDV terjadi 1-2 minggu stelah infeksi. Demam umumnya berlangsung 5-6 hari pada saat titer virus di dalam darah penderita sangat tinggi. Titer virus yang tinggi tersebut berpotensi ditularkan ke hewan peka lainnya melalui gigitan insek pengisap darah, lewat jarum suntik atau kontak. Hewan yang rentan terhadap virus Jembrana ini adalah Sapi Bali. Sapi Bali (nama ilmiah: Bos javanicus domesticus) adalah jenis sapi peliharaan yang merupakan bentuk domestik dari banteng (Bos javanicus).
Selain dari diagnosa klinis, penyakit Jembrana biasa dilakukan uji untuk diagnose dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperbanyak DNA suatu organisme. Reaksi berantai polimerase (bahasa Inggris: polymerase chain reaction, disingkat PCR) adalah metode untuk menciptakan jutaan hingga miliaran salinan dari segmen asam deoksiribonukleat (DNA) tertentu, yang memungkinkan ilmuwan untuk melipatgandakan sampel DNA yang sangat sedikit hingga mencapai jumlah yang cukup untuk dipelajari secara detail (Saiki dkk, 1985; Saiki dkk, 1988).
Upaya pengendalian dan pencegahan penyakit tersebut telah dilakukan antara lain:
1. Melakukan pengobatan anti parasit, pemberian antibiotika dan vitamin, serta vaksinasi untuk penyakit jembrana.
2. Penyemprotan desinfektan untuk mematikan virus dilakukan dilokasi kandang beserta peralatannya dan area dimana ada kematian ternak.
3. Penguburan hewan yang mati dan pembakaran sisa-sisa kotoran, serta sisa pakan dari hewan yang mati dan sakit dilakukan untuk mencegah penularan penyakit.
4. Peningkatan pengawasan lalu lintas ternak untuk mencegah hewan sakit yang diperjualbelikan dan dipindahkan ke daerah lain.
5. Mengusulkan Membentuk Tim Pengendalian Terpadu yang melibatkan antara lain:
1). Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi;
2) Dinas-Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Tingkat Kabupaten;
3). Laboratorium Balai Veteriner Bukit Tinggi;
4). Balai Besar Veteriner Denpasar sebagai Laboratorium Rujukan Nasional untuk Penyakit Jembrana;
5). Instansi terkait lainnya serta Para Peternak dan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Hewan (2015). Pedoman Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Jembrana (PDF). Jakarta: Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Tenaya, I Wayan Masa Studi Bio-Molekuler Virus Penyakit Jembrana: Sebagai Dasar Pengembangan Tissue Culture Vaksin. Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 2: 187-202 pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016